3 tingkatan bersyukur – Sebagai seorang Muslim, meningkatkan sikap syukur adalah sesuatu yang amat penting. Mengapa demikian? Karena kita telah diberikan nikmat terbesar, yakni iman kepada Allah Ta’ala. Namun, tak semua hati manusia dapat menerima cahaya petunjuk-Nya dengan lembut.
Dalam Al-Quran, Allah berfirman tentang Bersyukur, “Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim ayat 7).
Ayat ini mengingatkan kita pentingnya bersyukur kepada Allah SWT. Terkadang, dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering lupa akan berbagai karunia yang Allah berikan. Sebagai seorang Muslim, kita juga diberi nikmat berupa iman dan Islam.
Dengan meningkatkan sikap syukur, insya Allah kita dapat mencapai tingkat ketakwaan. Sikap syukur juga berkaitan dengan keberkahan. Orang yang rajin bersyukur, insya Allah, akan diberkahi dalam hidupnya. Dia akan merasa cukup dengan apa pun rezeki yang diberikan.
3 Tingkatan Syukur Menurut Imam Al Ghazali
Imam Al Ghazali, seorang ulama terkemuka, menjelaskan bahwa sikap syukur terdiri dari tiga hal penting, yaitu ilmu, keadaan, dan amal:
- Ilmu Syukur: Ilmu syukur adalah kesadaran kita akan berbagai kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap manusia. Ini melibatkan pemahaman bahwa hidup ini penuh dengan berkat dan anugerah-Nya. Kita harus mengenali dan menghargai setiap nikmat yang kita terima, seperti kesehatan, keluarga, rezeki, dan berbagai karunia-Nya.
- Keadaan Syukur: Keadaan syukur berarti mengekspresikan rasa terima kasih kita kepada Allah SWT dengan cara yang Dia ridhai. Hal ini mencakup perilaku, sikap, dan tindakan yang mencerminkan penghargaan kita terhadap nikmat-Nya. Misalnya, kita bisa menunjukkan rasa syukur dengan bersyukur dalam doa, berbagi kebaikan kepada sesama, dan menggunakan nikmat-Nya untuk tujuan yang baik.
- Amal Syukur: Amal syukur adalah tindakan nyata yang dilakukan sebagai bentuk rasa terima kasih kepada Allah SWT. Ini melibatkan ketaatan kita terhadap perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam Al-Quran, dalam Surah Ibrahim ayat tujuh, Allah SWT berjanji bahwa dengan bersyukur, Dia akan semakin melimpahkan karunia-Nya kepada hamba-Nya yang taat. Oleh karena itu, amalan syukur mencakup melakukan ibadah dengan ikhlas, mentaati perintah-Nya, dan menjauhi perbuatan yang dilarang-Nya.
Hal ini tidak hanya berlaku di dunia, tetapi juga di akhirat. Bukankah nikmat terbesar adalah mendapatkan ridha Allah SWT sehingga kita diizinkan melihat Wajah-Nya?
Menurut para ulama, syukur memiliki hakikat yaitu mengakui bahwa segala nikmat berasal dari Sang Pemberi. Caranya adalah merendahkan diri di hadapan-Nya. Secara konkret, hal ini berarti lebih taat terhadap perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Kesimpulan
Dengan memahami dan menerapkan ketiga tingkatan syukur menurut Imam Al Ghazali, kita dapat memperkuat ikatan kita dengan Allah SWT dan mengembangkan sikap syukur yang lebih dalam dalam kehidupan kita sehari-hari. Syukur bukan hanya sebatas ungkapan lisan, tetapi melibatkan kesadaran, tindakan, dan amalan yang terus-menerus dilakukan untuk menghormati nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita.
Sumber referensi: Khazanah.republika.co.id