Kufur, Lawan Kata dari Syukur: Menurut Al Quran & Hadits

Dalam agama Islam, syukur dianggap sebagai sikap yang sangat penting dalam menghargai karunia Allah SWT. Syukur merupakan manifestasi rasa terima kasih yang tulus terhadap Allah atas segala nikmat yang diberikan-Nya. Namun, untuk memahami makna syukur secara mendalam, kita juga perlu memahami konsep sebaliknya, yaitu kufur. Kufur dapat didefinisikan sebagai sikap tidak bersyukur atau menolak mengakui nikmat yang diberikan Allah SWT. Artikel ini akan membahas makna kufur sebagai lawan kata dari syukur, dengan merujuk pada Al-Quran dan hadits.

Lihat juga artikel tentang: Kata Syukur dalam Ayat-ayat Al Quran.

apa lawan kata dari syukur?

1. Makna Kufur dalam Al-Quran

Dalam Al-Quran, kata kufur digunakan dalam berbagai konteks untuk menggambarkan sikap menolak iman dan pengingkaran terhadap nikmat Allah. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 152, yang artinya:

“Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Q.S. Al Baqarah: 152)

Ayat ini menekankan pentingnya mengingat Allah, bersyukur kepada-Nya, dan tidak mengingkari nikmat yang diberikan-Nya.

Dalam konteks ini, kufur adalah bentuk ketidakbersyukuran yang mencakup penolakan manusia untuk mengakui keesaan Allah dan nikmat-Nya. Hal ini juga mencakup ketidakpercayaan atau pengingkaran terhadap wahyu-Nya dan perintah-Nya. Kufur juga dapat merujuk pada penolakan manusia untuk mengakui nikmat-nikmat duniawi yang diberikan Allah, seperti kesehatan, kekayaan, atau keberhasilan.

2. Peringatan terhadap Kufur dalam Hadits

Hadits, sebagai sumber hukum kedua dalam Islam, juga memberikan peringatan yang serupa terhadap kufur. Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia, dia tidak bersyukur kepada Allah” (HR. Ahmad).

Hadits ini menegaskan pentingnya menghargai dan bersyukur atas bantuan, pelayanan, dan kebaikan yang diterima dari sesama manusia. Dalam konteks ini, ketidakbersyukuran kepada manusia juga dianggap sebagai bentuk kufur.

Hadits lain mengungkapkan pentingnya bersyukur atas nikmat kesehatan. Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai dalam bersyukur kepadanya: kesehatan dan waktu luang” (HR. Bukhari).

Hadits ini mengajarkan agar kita tidak mengabaikan atau tidak bersyukur atas nikmat sehari-hari seperti kesehatan dan waktu luang yang sering kita anggap sebagai hal yang biasa.

3. Konsekuensi Kufur dan Keutamaan Syukur

Kufur sebagai lawan kata dari syukur membawa konsekuensi yang serius. Dalam Al-Quran, Allah SWT menjelaskan bahwa orang-orang yang kufur akan mendapatkan siksaan-Nya. Misalnya, dalam Surah Ibrahim ayat 7, Allah berfirman, yang artinya:

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'” (Q.S. Ibrahim: 7)

Siksaan yang disebutkan di sini mencakup siksaan di dunia dan akhirat.

Di sisi lain, syukur memiliki banyak keutamaan yang dijelaskan dalam Al-Quran dan hadits. Allah SWT berfirman dalam Surah Ibrahim ayat 34, yang artinya:

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Ibrahim: 34)

Dalam hadits riwayat Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Allah paling senang dengan hamba-Nya yang paling bersyukur.”

4. Mengatasi Kufur dan Meningkatkan Syukur

Untuk mengatasi kufur dan meningkatkan sikap syukur, ada beberapa langkah yang dapat diambil:

a. Meningkatkan kesadaran: Penting untuk menyadari bahwa segala nikmat yang kita terima berasal dari Allah SWT. Kita harus mengakui dan menghargai setiap nikmat-Nya, baik yang besar maupun yang kecil.

b. Menghargai pemberian Allah: Ketika kita menerima nikmat dari Allah, kita harus menghargainya dengan memanfaatkannya sebaik-baiknya dan tidak menggunakannya untuk tujuan yang bertentangan dengan ajaran Islam.

c. Berterima kasih: Ekspresikan rasa syukur kita kepada Allah dengan berterima kasih secara lisan dan batin. Membaca doa syukur setelah makan, setelah shalat, atau dalam keadaan lain yang memunculkan rasa syukur adalah salah satu cara untuk menguatkan sikap syukur kita.

d. Tawakal kepada Allah: Mengembangkan sikap tawakal, yaitu meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita adalah kehendak Allah, baik itu suka maupun duka. Dengan tawakal, kita akan lebih mampu menerima segala ketentuan-Nya dengan rasa syukur.

e. Menghindari sifat riya’ dan kesombongan: Kufur sering kali muncul karena kesombongan dan keinginan untuk memperlihatkan diri kepada orang lain. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga hati-hati dari sifat riya’ (pamer) dan kesombongan. Kita harus menyadari bahwa semua nikmat yang kita terima berasal dari Allah, bukan karena kehebatan atau usaha kita sendiri.

f. Memperbanyak dzikir dan doa: Dzikir dan doa adalah cara yang baik untuk menguatkan sikap syukur dalam diri kita. Dengan mengingat Allah dan berkomunikasi dengan-Nya melalui dzikir dan doa, kita akan lebih sadar akan kebesaran-Nya dan nikmat-Nya.

g. Berbuat baik kepada sesama: Salah satu cara untuk menunjukkan syukur kita kepada Allah adalah dengan berbuat baik kepada sesama manusia. Mengulurkan tangan kepada yang membutuhkan, membantu orang lain, dan menyebarkan kebaikan adalah wujud konkret dari rasa syukur kita kepada Allah atas nikmat-Nya.

h. Tafakkur (merenung): Meluangkan waktu untuk merenungkan nikmat-nikmat Allah yang ada di sekitar kita. Dengan mengamati alam semesta, melihat kerja Allah dalam ciptaan-Nya, dan mengenang nikmat-Nya dalam kehidupan kita, kita akan semakin menyadari betapa besar dan tak terhingga nikmat-Nya, sehingga rasa syukur kita pun semakin dalam.

Kesimpulan

Kufur, sebagai lawan kata dari syukur, merupakan sikap tidak bersyukur atau menolak mengakui nikmat Allah. Dalam Al-Quran dan hadits, Allah dan Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya bersyukur dan menghindari kufur. Kufur membawa konsekuensi yang serius, sementara syukur memiliki banyak keutamaan dan mendekatkan kita kepada Allah. Dengan meningkatkan kesadaran, menghargai pemberian Allah, berterima kasih, tawakal, menghindari sifat riya’ dan kesombongan, memperbanyak dzikir dan doa, berbuat baik kepada sesama, serta merenung, kita dapat mengatasi kufur dan meningkatkan sikap syukur kita kepada Allah SWT. Semoga kita senantiasa dapat menjadi hamba yang bersyukur atas segala nikmat-Nya.

Referensi:

  1. Al-Quran: Referensi ayat-ayat Al-Quran yang disebutkan dalam artikel diambil dari Al-Quran yang menjadi sumber utama ajaran agama Islam.
  2. Hadits: Hadits yang disebutkan dalam artikel berasal dari koleksi hadits yang diakui sebagai sahih oleh para ahli hadits, terutama dari kitab-kitab hadits seperti Sahih Bukhari dan Sahih Muslim.