Syukur atau Bersyukur, sebuah ungkapan yang sering terdengar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Namun, apakah kita benar-benar memahami esensi dari kata syukur ini? Untuk memperkaya pemahaman kita, selain membaca Ayat-ayat al quran tentang Bersyukur, mari kita juga telusuri beberapa makna syukur yang diuraikan oleh para ulama.
Pengertian Bersyukur Menurut Para Ulama Islam
1. Kata Ibnul Qayyim Rahimahullah tentang Syukur
Ibnul Qayyim, dalam karyanya “Al Fauzan” (2012: 47) “Syukur itu adalah tunduk dan taat kepada aturan Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan amalan yang disukai-Nya baik lahir maupun batin.”
Ibnul Qayyim Rahimahullah, dalam karyanya “Al Fauzan” (2012: 14), menjelaskan bahwa syukur didasarkan pada lima prinsip yang saling melengkapi, di mana syukur tidak akan sempurna tanpa keberadaan kelima prinsip tersebut. Kelima prinsip tersebut adalah: (1) Rendah hati dan tunduk kepada Allah bagi orang yang bersyukur, (2) Cinta kepada-Nya, (3) Mengakui nikmat-nikmat-Nya, (4) Memuji-Nya atas nikmat-nikmat tersebut, dan (5) Tidak menggunakan nikmat-nikmat tersebut dalam hal-hal yang Allah benci.
2. Kata Ar Raghib Al-Ishfahani tentang Syukur
Ar-Raghib Al-Isfahani, seorang ahli bahasa Al-Qur’an, menulis dalam karyanya yang berjudul “Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an” bahwa kata “syukur” mengandung arti gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan.
3. Kata Asyibli tentang Syukur
Asy Syibli, dalam karya “Al-Ghazali” (2003:401), mengatakan bahwa syukur adalah melihat kepada orang yang memberikan kenikmatan, bukan hanya melihat kenikmatan itu sendiri.
4. Kata Imam Al-Qusyairi tentang Syukur
Imam Al-Qusyairi, dalam karya “Widyastuti” (2014: 17), menyatakan, “Hakikat syukur adalah mengakui nikmat yang telah diberikan oleh Allah yang dibuktikan dengan ketaatan kepada-Nya. Oleh karena itu, syukur merupakan penggunaan nikmat-nikmat Allah sesuai dengan kehendak-Nya sebagai pemberi nikmat. Dengan demikian, syukur yang sejati adalah mengungkapkan pujian kepada Allah melalui ucapan, mengakui nikmat-Nya dengan hati, dan memanfaatkan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah.”
5. Kata Imam Al Ghazali tentang Syukur
Imam Al-Ghazali, dalam karyanya yang berjudul “Al-Ghazali”, menjelaskan bahwa syukur adalah penggunaan nikmat-nikmat yang diberikan pada hal-hal yang disukai oleh Allah SWT. Namun, ketika seseorang menggunakan nikmat tersebut pada hal-hal yang Allah tidak sukai, maka itu dapat dikategorikan sebagai ingkar terhadap nikmat (Al-Ghazali, 2007: 360).
Dalam perjalanan kita memahami makna sejati dan kata-kata para ulama tentang syukur, kita disuguhkan dengan landasan yang kuat dan pemahaman yang mendalam. Para ulama mengajarkan bahwa syukur bukanlah sekadar ucapan atau perasaan, melainkan sebuah sikap hati, tindakan nyata, dan pengakuan yang mendalam terhadap nikmat-nikmat Allah SWT.
Syukur mengandung arti rasa terima kasih yang tulus kepada Sang Pencipta atas anugerah yang diberikan-Nya. Ia juga merupakan pengakuan atas keterbatasan manusia dan penerimaan bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan. Syukur mendorong kita untuk berbuat kebaikan dan berkontribusi positif dalam masyarakat, menjadi tindakan nyata yang membawa manfaat sosial.
Selain itu, syukur juga merupakan kunci keberkahan dan ketenangan batin. Dalam bersyukur, kita membuka pintu rezeki dan berkat yang melimpah, serta menemukan kedamaian dalam menghadapi ujian hidup. Kata-kata para ulama mengingatkan kita bahwa syukur bukan hanya sekedar kata-kata, tetapi menjadi prinsip hidup yang membimbing kita dalam menghargai dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah karuniakan.
Dengan pemahaman yang mendalam dan pengamalan yang sungguh-sungguh terhadap konsep syukur yang diajarkan oleh para ulama, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Mari kita selalu menggali dan mengaplikasikan nilai-nilai syukur dalam setiap langkah kita, agar kita menjadi individu yang lebih menghargai nikmat-nikmat yang telah diberikan, serta berkontribusi positif bagi dunia di sekitar kita.
Referensi: http://repository.uin-suska.ac.id